Dr. Sulhan Chakim, M.M.: Masjid dan Pemberdayaan Masyarakat

Pendidikan hidup mandiri sejak dini yang ditanamkan orang tua, kini telah membuahkan hal manis yang dirasakan oleh Dr. Sulhan Chakim, M.M. Melalui minat yang tinggi dalam hal pemberdayaan masyarakat, kini ia berhasil terbang ke Negara Kangguru.

Lahir di Ngadirejo, Temanggung, Aan (panggilan masa kecilnya) merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara pasangan Almarhum Muhaimin dan Hj. Siti Rohmah pada tanggal 8 Mei 1968. Pendidikan formal ia tempuh di SD Negeri 3 Ngadirejo, MTS Swasta di Ngadirejo, serta MA Negeri Temanggung. Kemudian melanjutkan kuliah S1 Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi di UNSIQ Wonosobo. Pendidikan pasca sarjana ia tempuh di Universitas Jenderal Soedirman Jurusan Manajemen. Dan mendapatkan gelar Doktor dari Universitas Gadjah Mada dengan konsentrasi Ilmu Kajian Budaya Media pada tahun 2014.

Memiliki jabatan sebagai Wakil Dekan 1 di Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto tidak membuat Aan sebagai pribadi yang tinggi hati. Ayah dari tiga orang anak ini tetap ramah dan mudah tersenyum. Sebagai dosen pun, ia kerap memberikan motivasi belajar kepada mahasiswanya.

Kini, Aan tinggal di Jalan Sunan Kalijaga rt.04/rw. 02, Berkoh, Purwokerto Selatan bersama istrinya Umi  Sholihah yang juga berprofesi sebagai dosen Fakultas Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Aan dan istrinya dikaruniai tiga orang anak yang masing-masing masih menempuh bangku sekolah. Ialah seorang putra yang diberi nama Nashih Ulwan yang tengah menempuh pendidikan Aliyah di MA Krapyak, Yogyakarta. Kemudian seorang putri bernama Asa Zil Helmi yang berada di tingkat ketiga bangku sekolah di SMP Negeri 8 Purwokerto. Dan yang terakhir Oval Zian Qodzi yang masih di bangku Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Purwokerto.

Ayah Aan memang seorang kyai lulusan pondok pesantren tradisional Darussalam di Magelang, namun beliau tidak berdakwah dari panggung ke panggung. Beliau memilih berdakwah dalam bidang ekonomi. Hal tersebut terlihat dari basis pertanian dan home industri yang beliau miliki. Jika ada pepatah “Buah jatuh takkan jauh dari pohonnya, maka hal tersebut merupakan representasi dari seorang Aan. Sebagai seorang yang dilahirkan dari keluarga Kyai dan pengusaha dalam bidang pertanian, Aan menjadi pribadi yang religius sekaligus memiliki jiwa entrepreneur. Sejak kecil Aan sudah diberi tanggung jawab oleh kedua orang tuanya untuk mengantar es-es yang sudah di kemas ke warung-warung sekitar rumahnya. Dan di sore hari, ia bertugas untuk memungut uang setoran hasil penjualan es-es di warung tempat ia menitipkan es tadi. Dari situ Aan belajar untuk hidup mandiri dan rasa tanggungjawab.

Selain itu, Aan juga memiliki rasa peduli yang sangat tinggi. Melalui pemberdayaan masyarakat yang ia bangun di daerah sekitar tempat tinggalnya, rasa kepedulian itu ia salurkan. Berkat hal itu pula, ia berhasil meloloskan proposal pemberdayaan masyarakatnya yang diberi judul “Fungsi Masjid dan Pemberdayaan Masyarakat” di ajang International Community Out Threat yang di adakan di Australia.

Melalui konsep Posdaya berbasis Masjid, Aan berusaha memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Masjid sebagai agen sosial dan informasi kesehatan. Masjid dijadikan sentra perekonomian yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Karena baginya sukses adalah mampu berguna bagi masyarakat dan sukses pun harus diperjuangkan untuk meraihnya seperti motto hidup yang selalu ia pegang teguh, adalah Berjuang untuk Sukses. [Ind]

Post a Comment

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

Previous Post Next Post