22 Pasang Calon LK Eksekutif Lawan Kotak Kosong, Agus Sunaryo: Tanda Demokrasi tidak Ideal

Ilustrator: Alvin Hidayat
Purwokerto, LPM Saka – Panitia Pemilihan Mahasiswa (PPM) menjadwalkan pencoblosan calon Ketua dan Wakil Ketua Lembaga Kemahasiswaan (LK) Eksekutif pada Senin (23/12/2019) mendatang. Dilansir dari akun Instagram @ppmiainpwt_2020, sebanyak 26 LK Eksekutif lolos verifikasi. 

Namun, dari 26 pasangan calon Ketua dan Wakil Ketua LK Eksekutif, 22 di antaranya melawan kotak kosong. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana 27 pasangan calon Ketua dan Wakil Ketua LK Eksekutif 21 di antararanya melawan kotak kosong. Sehingga, pada Pemiluwa 2020, terjadi penurunan jumlah kontestan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Jurusan (Kajur) Muamalah Agus Sunaryo, M.S.I yang dianggap dekat dengan pergerakan mahasiswa mengatakan bahwa, calon tunggal menjadi salah satu tanda demokrasi yang tidak ideal. Lantaran, menurutnya, salah satu unsur demokrasi adalah adanya kompetisi.  

“Kompetisi itu bagian dari demokrasi untuk melatih kedewasaan kita dalam posisi menang atau kalah. Lah, kalau tunggal, yang kalah siapa? Dan visi misi menjadi tidak bagus. Coba kalau calonnya tiga, mereka akan bisa bermain visi misi,” ujar Agus saat ditemui LPM Saka pada Senin (16/12/2019).

Selanjutnya, beliau juga menyebut bahwa calon tunggal tidak bagus dalam proses pembelajaran demokrasi. Pasalnya, menurutnya, demokrasi yang ideal di antaranya tidak ada calon tunggal, partai melibatkan banyak unsur mahasiswa, dan partisipasi mahasiswa yang masif.

“Itu indikator kalau pembelajaran demokrasi melalui Pemiluwa berhasil di IAIN Purwokerto,” tutupnya.

Calon Tunggal, Tanggung Jawab Siapa?

Penurunan jumlah kontestan Pemiluwa 2020, mengakibatkan jumlah calon tunggal meningkat. Hal itu terjadi lantaran tidak semua Partai Politik Mahasiswa (Parpolma) mengusung kadernya di setiap LK Eksekutif.

Bahkan, Partai Jalan Lurus (Jalur) sama sekali tidak mengusung kadernya di LK Eksekutif. Ketua Partai Jalur Iqrar Abdul Halim mengaku ingin kadernya lebih fokus di kursi Senat Mahasiswa (SEMA).

“Sebenarnya banyak kader yang ingin mencalonkan diri (di LK Eskekutif). Tetapi, saya suruh untuk ke SEMA aja dan kuatkan di posisi itu,” ujar Iqrar saat ditemui oleh LPM Saka pada Selasa (17/12/2019).

Menurut Iqrar, hal itu terjadi lantaran Partai Jalur ingin kadernya lebih fokus terhadap peraturan perundang-undangan. Sehingga, kadernya bisa meningkatkan pengetahuannya terkait dengan undang-undang di kampus.  

Berbeda dengan Partai Jalur, Partai Kebangkitan Mahasiswa (Pakem) sebagai salah satu partai yang banyak mengusung kadernya, mengaku sangat mengkritik hal tersebut. Juru Bicara Partai Pakem Muhammad Fajar mengatakan bahwa banyaknya calon tunggal mempersempit ruang gerak demokrasi di IAIN Purwokerto.

Sempat ada isu bahwa calon tunggal permainan dari partai yang besar, Fajar mengaku hal tersebut sebuah cacat edukasi. Lantaran, menurutnya, seharusnya yang dikritik adalah Parpolma yang tidak mengusung kadernya di Pemiluwa.

“Justru dia harus mengkritik partai yang tidak mencalonkan. Logikanya kan terbalik, yang mencalonkan menawarkan pimpinan, ini loh yang cocok jadi pemimpin kalian. Kok malah dikritik. Mereka yang enggak mencalonkan malah didiamkan,” ujar Fajar saat ditemui LPM Saka pada Selasa (17/12/2019).

Sementara itu, salah satu kandidat yang diusung oleh Partai Pakem, Calon Ketua Dewan Eksektif Mahasiswa (Dema) Fakultas Dakwah, Nurul Fitrian Eko yang akrab disapa Rian mengaku merasa pantas jika menang di Pemiluwa. Lantaran, menurutnya, suara yang masuk kepadanya menjadi salah satu indikasi mahasiswa Fakultas Dakwah sudah memberi amanah.

“Bagaimana tidak pantas? Orang Fakda itu yang masuk (dari suara) telah memasrahkan suaranya masuk kepada kami,” ujar Rian saat ditemui LPM Saka pada Selasa (17/12/2019). 

Namun, Rian mengaku tetap mengatur strategi untuk memenangkan Pemiluwa. Salah satunya melakukan pendekatan dengan berbagai elemen di Fakultas Dakwah. Tidak hanya itu, ia juga berusaha untuk menampung aspirasi mahasiswa Fakultas Dakwah.

Reporter          : Fatih Amrullah, Umi Uswatun Hasanah dan Wawan Maulana
Editor              : Umi Uswatun Hasanah

Post a Comment

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

Previous Post Next Post