Karakter Mahasiswa IAIN Purwokerto Berdasarkan Pondok Pesantrennya



Ilustrasi: AsyikAsyik.com

Oleh Yudha Pratama*

IAIN Purwokerto sebagai kampus yang geliat perkembangannya sedang moncer sekaligus nggayengi, memiliki banyak aspek yang menarik untuk diapresiasi, dikritisi, dan dinyinyiri. Mulai dari kebijakan pembangunan infrastruktur, metoder pembelajaran, hingga prestari dan karya mahasiswa serta dosennya.

Tetapi, di tengah pandemi yang telah menyita banyak perhatian dan tenaga kita, akan lebih bijak jika penulis membahas hal yang ringan saja. Mondok bagi sebagian mahasiswa IAIN Purwokerto adalah kewajiban yang menyebalkan, tapi bagi sebagian lain merupakan hal yang sangat indah untuk dijalani.

Lahwis, pada intinya hampir semua mahasiswa IAIN Purwokerto pasti memiliki pengalaman sebagai santri. Baik santri dablongan atau memang santri yang serius belajar. Dengan jangka waktu yang beragam. Ada yang bertahun-tahun atau hanya satu dua malam.

Saya kira, apapun alasannya, kita harus sepakat bahwa mondok merupakan salah satu metode pendidikan yang baik, perlu dikembangkan, dan diperjuangkan. Khususnya oleh para politisi yang kadang suka ngaku jadi santri saat musim Pemilu!

Sebagai mahasiswa semester akhir yang sudah melanglang buana ke beberapa Pondok Pesantren mitra IAIN Purwokerto. Saya sedikit bisa menyimpulkan tentang karakter mahasiswa berdasarkan pondok pesantrennya.

Karakter mahasiswa yang suka berangkat telat tapi orangnya jujur, sederhana, dan bersahaja

Mahasiswa dengan karakter seperti ini memang pantas namanya dicoret dari daftar pembuat makalah, tapi sangat berharga sebagai seorang sahabat. Karena sangat patut untuk diteladani sikap kesehariannya. Mereka adalah santri-santri Pondok Pesantren Al-Hidayah dan Pondok Anwarul Hidayah.

Meski suka berangkat kuliah terlambat, tapi saya punya beberapa kawan dekat dari Ponpes Al-Hidayah yang, subhanalah … walaupun tampilannya sederhana; hanya mengenakan sarung, kopiah hitam ala-ala Bung Karno dan tas kecil serta rokok kretek yang biasa dihisap. Tapi, ketika diskusi keilmuan dan obrolan ringan, pasti mereka bisa dan sanggup menguasai forum.

Entah, keteladanan apa yang diajarkan oleh ustaz dan ustazah di sana. Betapa ilmu mereka bisa melahirkan sosok-sosok yang nggemesi semacam itu.

Karakter mahasiswa yang modis dan gaul, tapi hafalannya tetep lancar jaya

Karakter mahasiswa yang modis, gaul, dan suka makan di Food Court Moro tapi hafalannya tetep lancar jaya. Karakter seperti ini lekat sekali dengan para santri dari Ponpes Modern El-Fira. Ponpes dengan banyak cabang dan jenis materi yang diberikan ini, memang salah satu pondok mitra dengan jumlah santri yang cukup banyak.

Lha bayangkan saja, wong jumlahnya ada 4 pondok, kok! Gimana ngga banyak?1?1!1! Tapi, karakter seperti yang saya sebutkan di atas, sih, cuma ada di Ponpes Elfira 2 & 3. Ngga percaya? Coba saja pada akhir pekan, pembaca cek di Foodcourt Rita Supermall, Moro, atau tempat makan lainnya yang hits di sekitar Purwokerto. Lalu, cermati masing-masing pengunjungnya, aku yakin lah, mesti ana santri El-Fira!

Setelah kalian temukan salah satu wajah santri El-Fira, langsung saja cecar hafalannya. Dengan sikap duduk bersila, mereka pasti bisa melanjutkan ayat dan surat apapun yang kalian tanyakan!

Karakter mahasiswa yang media sosialnya rapi

Mahasiswa ini memiliki akun media sosial dengan feed yang rapi. Tidak hanya itu, mereka juga tetap memiliki sopan santun dan kreatifitas dalam berkarya jangan ditanya! Ya, yang saya maksud adalah santri Ponpes Darussalam.

Tidak perlu saya jelaskan panjang lebar mengenai pandangan saya tentang rapinya media sosial santri Ponpes Darussalam. Cek saja jejak digitalnya di media sosial resmi Ponpes Darussalam. Kemudian, temukan santrinya di daftar follower. Itu akan cukup untuk menguatkan pendapat saya!

Selain itu, Pondok Pesantren Darussalam juga ada ustaz yang Go Nasional. Siapa yang tidak kenal Ustaz Hari Wahyudi? Dini hari tadi (28/4/20), tampil di acara D'Aksi Indosiar, lengkap dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Abah Chariri, yang ternyata lucu sekali saat menceritakan tentang nama "Hari".

Kurang lebih begini kata beliau, "Kalau HARI Jumat adalah Hari yang paling utama, HARImau adalah Hari yang paling menakutkan. Tapi ada HARI yang paling lucu yaitu Hari Wahyudi alias Dono."

Terkekeh dan salut saat menonton acara tersebut sambil menyantap makan sahur. Salut dan kagumnya, tentu adalah pada materi humor yang disampaikan Abah, kreatif! Mungkin, kreatifitas Abah yang membuat banyak sekali wadah untuk mahasiswa di Pondok Pesantren Darussalam. Mulai yang berhubungan dengan bela diri, alam, hingga bidang pemikiran kekinian.

Sekian, mari kita tutup tulisan ini dengan bacaan hamdalah bersama-sama. Alhamdulillah…

*) Yudha Pratama, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) 2016.
Editor : Umi Uswatun Hasanah


2 Comments

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

  1. masih kurang lengkap analisisnya, masih banyak pondok yg gk ter ekspos

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih masukannya Mba. Memang tulisan tsb adl penilaian subjektif dan berdasar apa yg ada di lingkungan saya saja sehingga tidak mungkin ada pembahasan ttg semua ponpes.

      Delete

Post a Comment

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

Previous Post Next Post