Pelantikan LPM Saka dan Diskusi Jurnalistik : Tantangan Profesi Jurnalis Televisi

Dokumentasi : LPM Saka

LPM Saka, Purwokerto – Lembaga pers mahasiswa merupakan organisasi yang sangat ideal karena hanya berorientasi kepada kepentingan idealisme mahasiswa. Hal tersebut disampaikan oleh Pimpinan Umum LPM Saka Ulfatul Khoolidah dalam Pelantikan Anggota Periode 2021, Sabtu (03/04/21).


“Ini menjadi hal dasar yang perlu kita bangun sebagai anggota lembaga pers mahasiswa. LPM Saka yang sudah menginjak tahun ke-5 ini diharapkan bisa mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya dan bahkan dapat tumbuh lebih progresif lagi, ” ungkapnya.


Pelaksanaan pelantikan kali ini digelar secara online di Zoom Meeting dan offline di Gedung Laboratorium Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto. Sebanyak 29 anggota LPM Saka dilantik dengan menyatakan kesiapan dan kesanggupannya mengemban amanah kepengurusan periode 2021. Dengan dipimpin langsung oleh Pembina LPM Saka, Oki Edi Purwoko. Dilanjutkan penyerahan jabatan secara simbolik oleh Pimpinan Umum Periode 2020 Umi Uswatun Hasanah kepada Ulfatul Khoolidah sebagai Pimpinan Umum baru.


Dalam bimbingannya, Oki Edi Purwoko menyampaikan bahwa pers mahasiswa adalah sebuah organisasi yang masih bisa menjaga idealisme. Selain itu, ada banyak aspek yang perlu dikembangkan dalam pers mahasiswa.


“Aspek lain yaitu menjadi alternatif suara mahasiswa yang membawa semangat intelektualitas dan humanitas. Dan tidak lupa aspek pembelajaran sangat penting dan akan bermanfaat kedepannya,” jelas Oki.




Diskusi Jurnalistik: Tantangan Jurnalis Televisi

Usai melangsungkan prosesi pelantikan pengurus baru, acara pun dilanjutkan dengan Diskusi Jurnalistik dengan tema "Tantangan Jurnalis Televisi" bersama Hanif Suranto, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara dan Jurnalis Kompas TV Aiman Witjaksono sebagai pemateri.


Diskusi terbuka untuk umum ini dihadiri hingga 70 peserta dan dipandu langsung oleh Pembina LPM Saka, Oki Edi Purwoko secara daring di Zoom meeting.


Mendapat kesempatan pertama, Hanif Suranto membahas berbagai hal terkait perkembangan televisi sekarang, tantangan dan hambatan, serta konsep yang bisa digunakan untuk membentuk dan membangun televisi kampus yang proporsional.


“Bagaimana generasi Z mengkonsumsi media, broadcast TV itu kecil hanya 24% yang paling tinggi itu ada online vidio. Semua terjadi karena adanya perubahan teknologi. Jika dilihat dari kacamata media hybrid system. Adanya perubahan teknologi memaksa televisi tradisional berkembang. Dan merambah ke banyak media atau multi platform,” ungkapnya.


Sebagai bentuk pengembangan dan pembuatan televisi kampus, Hanif menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dikelola. Mulai dari pengembang bentuk organisasi, model bisnis dan pendanaannya, model jurnalisme atau kontennya , dan pengembangan pada jurnalisme alternatif yang disesuaikan dengan perkembangan media-media dan teknologi sekarang.



Riset dan Analisis untuk Jurnalisme Investigasi

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Hanif Suranto, Jurnalis Kompas TV, Aiman Witjaksono juga mengkritisi perkembangan televisi, konten yang disediakan, hingga perkembangan multi platform yang dikelola oleh televisi saat ini.


"Kita semua tidak boleh hanya terpaku pada jurnalistik yang sekedar informatif tetapi harus bisa lebih dalam soal analisis,” tuturnya saat mengawali diskusi.


Selain itu, Aiman menjelaskan untuk melakukan sebuah jurnalisme investigasi maka dibutuhkan riset yang kuat karena wartawan akan berjalan sendiri dengan berbagai resiko yang harus siap ditanggung.


“Biasanya mereka yang melakukan jurnalisme investigasi adalah wartawan dengan jam terbang sudah di atas rata-rata. Kenapa demikian? Karena wartawan yang baru, biasanya belum bisa mengumpulkan informasi secara bulat. Padahal kasus-kasus dalam jurnalisme investigasi biasanya tidak berdiri sendiri,” jelasnya.


Untuk itu Aiman berpesan agar mahasiswa terus mengasah kemampuan serta kreativitasnya sehingga menghadirkan konten - konten alternatif yang memiliki peluang di mata masyarakat dan bukan hanya meniru konten dari media mainstream.


Reporter          : Pandika

Editor              : Fatih Amrulloh

Post a Comment

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

Previous Post Next Post