Sarjana Berbintang, Berkarya Demi Keluarga dan Kemaslahatan Umat


Foto Adhitya Ridwan Budhi Prasetya Nugroho saat dinobatkan sebagai wisudawan terbaik UIN Saizu


Purwokerto, LPM Saka - Adhitya Ridwan Budhi Prasetyo Nugroho, yang akrab disapa Adhitya akhirnya menyandang selempang lulusan terbaik di Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Pemuda Banyumas yang memiliki mimpi untuk menjadi sarjana bermanfaat di lingkungan masyarakat berhasil menuangkan tinta pena diatas selembar ijazah sebagai sarjana berbintang. 


Wisudawan terbaik adalah gelar yang saat ini mengikuti namanya dari belakang. Gelar itu bukan semata-mata hanya untuk dirinya sendiri. Komitmen yang teguh dalam dirinya bersumpah bahwa ilmu yang didapatnya di kampus akan dipergunakan untuk kemaslahatan umat dan masyarakat, bukan hanya untuk dirinya sendiri nikmati.


Adhitya merupakan mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam yang lulus pada semester 7 dengan indeks prestasi kumulatif nyaris sempurna yaitu 3,92. Ia dinobatkan sebagai lulusan terbaik dan tercepat dalam penyelesaian studi pada perhelatan wisuda angkatan ke-52 di bulan Maret tahun 2022.


Selama jenjang pendidikan, ia bukanlah seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja. Dengan segudang prestasi ia merupakan mahasiswa yang luar biasa. Beragam karya tulis ilmiah telah dicoretkan oleh Adhitya pada perlombaan tingkat terdekat, nasional bahkan tingkat dunia internasional.


Jari-jemari pemuda yang memiliki postur badan jejak jajak tegap itu senang menari bersama pena untuk menghasilkan karya-karya pikirannya dalam rupa tulis ilmiah. Baginya menulis adalah hal yang akan terus dikenang, abadi, dan selalu diingat. 


Bintang muda UIN Saizu bersinar tidak hanya di dalam kelas perkuliahan. Pribadi yang sederhana dan rendah hati ini selalu mencari ilmu teori pada lembar kampus dan lembar praktik di halaman masyarakat. Sebab itulah ia mampu mensinergikan ajaran di kelas dengan fakta yang terjadi di lingkungan masyarakat. 


Tak ayal bahwa dirinya memang pantas untuk mendapatkan penghargaan sebagai sarjana terbaik di UIN Saizu Purwokerto, sehingga Adhitya mendapatkan apresiasi berupa beasiswa kuliah pasca sarjana dibiayai penuh oleh birokrasi UIN Saizu Purwokerto. 


Hambatan Tidak Menghalangi Mimpi


Sebagaimana polarisasi semesta, hambatan selalu ada bagi setiap insan yang memperjuangkan cita-cita. Demikian juga dengan Adhitya, ia menjadikan hambatan-hambatan sebagai sesuatu hal yang perlu dihadapi, tidak ditinggal lari, dan berupaya mencari jalan keluar. Sebab dari menghadapi dan mencari solusi ia akan menjadi sosok yang tangguh lagi dewasa. Seseorang yang bisa melakuan lebih dari orang lain. 


Terjal bebatuan sempat menghadang jalan lurus perjuangannya. Adhitya memang bukanlah anak yang terlahir dari keluarga yang kaya bergelimang harta, dirinya lahir dari keluarga yang memiliki prinsip kesederhanaan. Sehingga masalah perekonomian pun sempat menghalangi jalannya. 


Akan tetapi batuan terjal itu ia lewati dengan perjuangan yang luar biasa. Untuk mendapatkan biaya tambahan demi perkuliahannya ia rela untuk kerja paruh waktu di tengah masa pembelajarannya. Adhitya pernah menjadi seorang Marbot Masjid di Melung, Kedung Banteng sejak awal perkuliahannya. 


Bagi Adhitya masalah bukanlah suatu masalah baginya, yang terpenting adalah bagaimana dirinya mampu untuk survive di tengah masalah yang sedang dihadapinya. Sebab dia yakin usaha kaki dan tangannya pasti akan menghasilkan percikan keberhasilan di masa depan.


Memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang strata 2 adalah cita-cita yang Adhitya impikan setelah lulus Strata 1. Mimpi itu akhirnya menemukan cahaya terang ketika dirinya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 gratis di UIN Saizu. Kesempatan itu tidak akan ia sia-siakan dan akan dijalankan dengan penuh semangat prestasi.


Permintaan doa kepada Allah yang selalu dilantunkan Adhitya adalah keinginannya untuk membahagiakan Ibunda dan Ayahandanya dengan memberangkatkan keduanya ke Tanah Suci Mekkah. Ia ingin melihat kedua orang tuanya mencium Ka’bah berkat usaha dan keringat dirinya.


Keluarga sangat berarti untuk Adhitya, karena keluarga, ia dapatkan motivasi, visi misi kehidupan, tempaan dan tempat curhatan dirinya saat menghadapi persoalan dalam perkuliahaan. Dalam lisannya ia hanyut berucap bahwa dirinya sangat sayang terhadap keluarganya.


Jangan Pernah Puas Atas Apa Yang Dicapai Dan Lakukan Yang Terbaik


Reporter: Lubna Laila dan Nuraini Pangesti

Editor: Pandika Adi Putra

Post a Comment

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

Previous Post Next Post