Workshop Perfilman, Bangkitkan Karya Mahasiswa


LPM Saka, Warta Kampus - Himpunan mahasiswa jurusan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam), Fakultas Dakwah, IAIN Purwokerto hidupkan karya mahasiswa melalui Workshop Film dengan tema “Membangun Kreatifitas Mahasiswa KPI Melalui Produksi Film” pada Sabtu, (4/11)

Untuk menghidupkan dunia perfilman maka perlu adanya karya-karya gemilang dari generasi muda. Melalui Workshop Film tersebut diharapkan mahasiswa KPI mampu menciptakan karya di tengah hingarr-bingar persaingan media komunikasi.

“Hampir semua media komunikasi ada di dalam film. Terbukti dalam film hampir semua seni tercakup di dalamnya” ujar Tiburruhanny.

Selaku pemateri, Tiburuhanny, seorang sutradara muda asal Yogyakarta, mengungkapkan bahwa film pada dasarnya adalah media komunikasi untuk bercerita. Di dalam film telah mencangkup seni sastra, teater, warna, desain, dan audio visual.
“Film merupakan jurus pamungkas dalam media komunikasi untuk bersaing di era yang serba-serbi media ini," ungkapnya.

Tibur beranggapan bahwa banyak generasi muda yang ingin instan, mereka cenderung bersorot pada dunia industri. Padahal langkah-langkah menuju dunia industri awalnya adalah berkarya. Setelah mempunyai karya dan ilmu maka bisnis akan mengikuti dengan sendirinya.

Dalam materi yang ia sampaikan, Tibur beranggapan bahwa anak muda sekarang lebih cenderung menjadi penikmat film, namun tidak ingin menjadi pembuat film. Kalaupun menjadi penikmat, juga harus melihat jenis apa yang harus dilihat. “Jangan melihat film yang mendayu-dayu dan tidak penting. Lihatlah film yang membuat anda berpikir dan cobalah baca buku karangan Pram. Di dalam karya Pram, ia mampu mendetailkan suatu peristiwa dan suasana hingga mampu membuat pembaca merasa hidup dan berpikir,”

Dalam workshop tersebut , terdapat 3 sesi materi dan praktek dari Tibur. Peserta diajarkan menulis naskah skenario, shooting, dan editing. Hal yang paling penting terdapat pada editor, karena editor harus mampu memberikan feeling dalam sebuah film.

Peserta yang telah mendapat materi kemudian diplotkan menjadi 5 kelompok untuk membuat satu film pendek di siang hari hingga adzan maghrib berkumandang. Dalam satu kelompok tersebut, peserta diarahkan menjadi produser, penulis naskah, aktor, kameramen, dan editor. Setelah maghrib, peserta menyetorkan hasil dari karyanya kepada Tibur untuk dianalisis dan disaksikan bersama-sama di malam puncak acara.


Karya yang sudah dihasilkan ternyata patut diacungi jempol, dikarena ide tema, penataan letak gambar, alur, dan editing sudah di atas standar dan di luar dari ekspetasi Tibur. Tema yang diangkat peserta meliputi komedi, kemanusiaan dan pendidikan.

Setelah menyaksikan tayangan dari peserta, barulah penayangan film dari karya Tibur dipamerkan kepada peserta. Karya-karya dari Tibur telah banyak menjebol berbagai macam kompetisi dan festival. Hal itu tentu menambah wawasan para peserta untuk mengasah lagi bakat mereka di dunia perfilman.

Apresiasi diberikan kepada kelompok yang terpilih menjadi tim terbaik, yaitu kelompok 2 yang disutradarai oleh Hepenk dengan judul “Satu Sampah Untuk Kehidupan”. Film tersebut mengangkat sisi kebutaan manusia yang acuh terhadap sampah di sekitarnya.

Di akhir acara, Tibur berpesan kepada generasi muda agar selalu mengisi dunia ini dengan berkarya.”Untuk menjadi bisa itu mudah, kuncinya ada pada diri kalian masing-masing. Asalkan kalian memiliki keinginan dan mau belajar, pasti kalian bisa, Kuncinya hanya itu."

Penulis: Ahmad Nur Aji Wibowo
Editor: Anggita Aprilia Sari

Post a Comment

Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?

Previous Post Next Post